Jumat, 03 Juni 2011

sebuah kenangan dalam hujan

Perlahan rintik tetesan air itu berubah dari tetesan lembut menjadi tetesan yang lebih besar. Mengubah sebuah melodi yang tercipta kala tetesan tersebut menyapa dan menyentuh atap hijau gedung yang sudah cukup tua ini. Membuatku semakin merapatkan jaket coklat lusuh yang kukenakan untuk mengusir hawa sejuk yang berubah menjadi dingin. Dan sesekali mencoba memperbaiki posisi dudukku agar terhindar dari tempias hujan yang semakin deras ini.
Kunikmati dan kuhirup dalam aroma hujan ini. Layaknya kuhirup aroma kopi panas yang sangat ingin kunikmati, sekedar menghangatkan suasana yang semakin dingin ini. Kudengarkan dengan hikmad nyanyian melodi yang tercipta dari tetesan-tetesan hujan kali ini. Membuatku benakku melayang pada seseorang.
Gadis penunggu hujan. Entah di mana dia berada saat ini. Entah apa yang dilakukannya detik ini. Dan entah apa dia sedang menikmati hujan sepertiku menikmati hujan ini. Hujan yang selalu dia tunggu di depan teras rumahnya. Sambil memandang ke arah langit dan takjub pada setiap tetesan yang turun.
Kulangkahkan kakiku menuju parkiran sepeda motor. Kunyalakan sepeda motorku dan kubawa menembus hujan ini. Tidak peduli dingin menusuk tulang menerpa, tetap kupacu sepeda motor kesayanganku. Melewati jalan-jalan yang ramai dengan orang-orang yang mengenakan jas hujan warna warni untuk menghindari basah karena hujan.
Tetapi aku tidak. Sama sekali tidak. Karena aku selalu menikmati hujan. Selalu menikmati setiap tetesnya yang menerpa kulitku. Walau dingin menusuk tulangku hingga ke bagian yang paling dalam. Tidak pernah kupedulikan. Hanya kunikmati, dan kunikmati. Hingga saatnya aku puas.
Semakin aku terhanyut pada memori masa lalu itu, maka semakin tidak kurasakan dinginnya hujan ini. Pikiranku telah hilang. Terbawa aliran air hujan yang mengaliri setiap jengkal jalanan di kota ini. Pikiranku terbang. Terbang melintasi batas ruang dan waktu. Seolah memutar kembali kala kunikmati hujan bersama nya. Bercanda diantara rintik tetesan air lembut menerpa wajah kami.
Semakin aku terhanyut pada kenanganku, semakin aku merasa hilang dari dunia ini. Ingin rasanya kupacu sepeda motorku menuju tempatnya berada saat ini. Tapi, itu hanya sebuah ilusi yang berputar-putas dalam pikiranku. Tiada habisnya. Layaknya menembus cakrawala angkasa yang tiada berbatas. Semakin mencari batasnya, maka semakin tersesat dalam keinginan tak berdasar ini.
Ah, sudahlah. Tiada perlu lagi mencarinya. Karena bukanlah diriku yang ada di hatinya. Dan bukanlah sebuah bijaksana kala mengenang masa lalu secara berlebihan. Kuteringat pada sebua perkataan sahabatku, janganlah kau pernah sekalipun mencoba melupakan atau menghapus masa lalumu. Sekalipun itu pahit dan tidak ingin diingat. Jangan pernah lupakan. Biarkan dia ada dan tertulis dalam lembar sejarah hidupmu. Karena walau bagaimanapun, masa lalu adalah bagian dari hidupmu. Dia memberi warna pada hidupmu. Biarkan dia membuatmu terkenang, tetapi jangan pernah hanyut oleh kenangan tersebut. Ikuti kemana arus membawa mu, tetapi jangan sampai terhanyut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar